Pilot Kebanggaan Semua Orang

Jun 30, 2024

Jerome menghapus spasial di antara dirinya dan Kafka. "Terus, itu jadinya Gama kenapa?" Tanya Jerome kembali ke topik yang dibawa Kafka tadi.

"Aku pernah cerita kan ya kalo Papanya Gama itu Co-pilot aku?" Tanya Kafka.

Jerome mengangguk kecil sebagai tanda jawaban.

"Sebenernya, Papanya Gama itu jauh lebih tua dari aku. Beliau baik banget sama semua orang tanpa terkecuali, beliau juga yang pertama kali nenangin aku pas long flight pertama aku. Bahkan aku udah anggep beliau kayak Papa aku sendiri. Pokoknya aku fans berat beliau dulu." Kafka tatap raut wajah Jerome. "Oiya, kamu nggak boleh cemburu, soalnya aku kagum sama beliau not in romantically way, jadi santai aja ya, bro."

"Ok, bro, lanjut." Jerome paham maksud Kafkan. Malah dia bingung, kenapa bisa Kafka sampe bilang kayak gitu? Padahal, dari awal juga dia udah siap pasang kedua telinga untuk mendengarkan keseluruhan celoteh penting yang keluar dari mulut Kafka.

"Iya, pokoknya dari jaman pertama kali aku gabung di maskapai, aku langsung dipasangin sama Papanya Gama, awalnya Co-pilotnya tuh aku tapi setelah beberapa kali terbang bareng as partner, kita switch posisi karena pernah ada satu flight yang aku inget banget itu tujuan ke Hongkong, pas di tengah penerbangan tiba-tiba ada turbulance hebat, kalo nggak salah sampe masuk berita di tv."

"—Nah, Papanya Gama hampiiir aja lepas kendali karena lagi banyak pikiran tentang mantan istrinya sih kayaknya. Aku posisinya juga panik tapi aku inget kata beliau waktu pertama kali aku trainee di maskapai itu,"

"Kalo kamu dikasih kesempatan bawa suatu kendaraan, berarti penumpang udah percaya kalo kamu itu ahli dan handal mengendalikan kendaraan tersebut. Kalo kamu dikasih kesempatan nerbangin pesawat, itu berarti kamu pemimpin bagi ratusan penumpang pesawatnya. Semisal terjadi apa-apa, kuncinya jangan panik, karena posisi kamu di sini itu kapten, kapten yang memimpin, yang bertanggung jawab atas keselamatan seluruh penumpangnya. Jadi, kalo kamu panik, kamu nggak lolos menyandang gelar kapten, kamu sama aja nggak bisa bertanggung jawab bawa nama gelar 'Pilot' di dalam diri kamu."

"—Kata-kata itu selalu nempel di otak aku sampe sekarang, jadi yang aku lakuin pas itu, nggak pake pikir panjang, aku ambil kendali sepenuhnya sambil rapalin banyak doa-doa keselamatan buat seluruh penumpang yang ada di dalem pesawat. Kayak, gapapa aku nggak selamat yang penting penumpangku selamat semua. Dan, akhirnya semuanya selamat termasuk aku sama Papanya Gama, tapi habis itu Gama nggak ngebolehin Papanya jadi kapten karena takut wkwkwk lucu banget ya?."

Nggak satu kata pun yang bisa mendeskripsikan betapa kagumnya Jerome sama Kafka setelah mendengar cerita tadi. Dalam benaknya terlintas "Ini orang kalo ketemu content creator yang "Gua kasih 200k kalo lu bisa bikin gua bangga" kayaknya bakal dikasih sebrankas-brankasnya dah." Rasanya bilang keren 1000x ke Kafka pun nggak akan cukup. Kafka lebih dari keren dari kata 'keren'.

"Jadi gituuu, Makanya Gama udah kuliah di umur aku yang masih 28 tahun ini karena emang orangtuanya lebih tua dari aku juga." Kafka masih lucu liat Jerome melongo. Ia rapatkan bibir Jerome dengan jari telunjuk dan jempolnya. "Mingkem woy!"

Jerome mengerjap kaget. "Aku juga mau kayak Gama."

"Maksudnya?" Kafka bingung.

"Punya superhero yang beneran SUPER dan HERO kayak kamu." Jerome masih menatap Kafka bangga.

Kafka menggigit bibir bawahnya. "Hmmm... Tapi, kan, aku udah jadi punya kamu." Malu-malu ia lontarkan kalimat tersebut sebagai balasan untuk Jerome karena dia nggak mau salting sendirian.

Jerome beneran salting banget dengernya.